Sabtu, 24 Maret 2012

Crying Stone (legend)

Once, in a remote village area of West Kalimantan, Indonesia. Stay an old widow with a beautiful daughter named Darmi. They lived in an old shack located at the end of the village, since the father Darmi died and left no estate at all their life to be hard to finally make a mother Darmi should be wage laborers in the fields of others. While Darmi?, He is a lazy spoiled girl, his job and dressing mirror just to add to her beauty. Each of the mother asked her to go to the field he always refused. Every mother returned to work Darmi always the mother's wage bill to buy equipment for her dress. That day-to-day running of the mother who worked hard and the child who will not help that her mother has always enjoyed the work. On a day when his mother wanted to go to the market Darmi advised to buy an instrument of beauty, but because his mother did not know the beauty tools that he meant, his mother finally took Darmi come to market, Darmi initially refused but eventually he too had to be willing, even asked her mother not willing Darmi walking at his side but behind him because he was ashamed of having an older mother and a mess. Although sad mother still willing, on the way Darmi met with his friend, his friend asked him who the old lady behind him and Darmi said it was his maid. Shortly after that Darmi meet others and ask the same question, he replied that it aides. Her mother kept her grief, the mother finally stopped and sat on the roadside. Darmi approached her and asked why she stopped, but the mother did not answer, it turns out his mother asked the gods to give to his son's punishment, the sky turned cloudy, lightning, and thunder rumbled. Heavy rain fell, slowly Darmi body turned to stone, before the whole body turned to stone he wept and begged her mother Sorry, but all that has happened can not be returned again. Stone rose in place at the curb against the cliffs and the rock is called Stone Crying by local people. Mandate: 1. Do we disobey our parents 2. Any action there must be accountability

Kepergian sahabat (puisi)

Lihatkah kau ? Dapatkah kau melihat hati ini menangis ? Sepanjang mataku memandang hanyalah air mata Dapatkah kau rasa kesedihan saat kau tinggal sendirian ? Air mataku menggema sepanjang jalan hidupku Berlinangan menenggelamkan hatiku Apakah kau rasa sikapmu menjerumuskanku dalam keputus asaan ? Kehidupan mencoba melihat kekuatanku, tapi rasakah kau tak di sisi ku ? Dapatkah kau terus berpaling saat aku menghampirimu ? Tak dapatkah rasa mu membelai air mataku ? Sahabat… kepergianmu dari hidupku Cukup menjatuhkanku kelubang keputus asaan ku Kumohon lihatlah kebelakang Ada aku yang berlinangan air mata Membutukan pelukan hangat Dan kasih sayang seorang sahabat

ketulusan hati (puisi)

Karya : Wina Tyanshi Kilauan indah darinya membuat semua terpana Putihnya membuat salju merasa iri Cantiknya mengalahkan intan Dan beningnya menyentuh kaldu Terangnya matahari tak sebanding dengan terang dirinya Sucinya rembulanpun dikalahkan olehnya Bahkan anggunnya purnama tak seanggun dirinya Semua mata yang melihat akan iri padanya Semua hati yang menyaksikan akan kagum padanya Bahkan semua fatamorgana dibuat terbelalak olehnya Ketulusan hati… Sempurnanya dirimu… Yang membuatku ingin memilikimu…

Arang, abu, dan asap (puisi)

Karya : Wina Tyanshi Dia tak pernah berjanji untuk menjadi arang Dia tak penah bersumpah untuk menjadi abu Dia tak pernah berkata “ya” untuk menjadi asap Tapi… Asap itu berkumpul Menyatukan ku dengannya Hingga tiba saatnya nanti Ada yang menjadi arang dan ada yang menjadi abu Peluhku menetes berkali – kali Begitu pula dengannya Saat semua sudah berakhir Asap pergi tanpa kata Kini ku tlah berubah Kini hitam dan panas tlah menyelimutiku Baru sekarang ini ku berfikir Kenapa ku mau menjadi korban asap

Rasul Yang Berjasa (puisi)

Karya : Wina Tyanshi Rasul… Saat dunia berada dalam kegelapan Saat dunia di kuasai oleh kejahiliahan Saat hukum rimba yang berlaku Di saat itulah kau datang Di saat itulah kau berikan kami cahaya kehidupan Dan di saat itulah kau keluarkan kami dari kejahiliahan Rasul… Saat kami berada dalam kegelapan dunia Kau bantu kami menemukam cahaya kehidupan Saat kami kehilangan arah dunia Kau bantu kami menemukan panah kehidupan Dan saat kami kehilangan tempat bernaung Kau lah naungan terindah bagi kami Rasul… Walaupun beribu – ribu cacian menerpamu Kau tetap tegar menghadapinya Waluapun beribu – ribu siksaan menimpamu Kau tetap tawakal menghadapinya Trimakasih ya rasul, trimakasih atas semuanya Trimakasih karna sudah membawakan ajaran islam yang begitu indah Dan trimakasih, karna sudah menjadi panutan terbaik bagiku

Air Mata Kelabu (puisi)

Karya : Wina Tyanshi Kala itu… Kelabu menjadi selimut langit Ku pandang sekitarku Terdapat banyak wajah sulit Adik – adikku belajar di bawah gubuk Harapan mereka akan masa depan cemerlang Di perjuangkan dalam sebuah gubuk Yang reot dan sangat tak pantas Tuhan… Air mata ini menetes Merintik kasihan Akan adik – adikku di jalanan Yang berjuang demi masa depan Namun tiada tangan rela berkorban Mendung ini sangatlah kelabu Bagai harapan adik – adikku Rakyat kecil yang kelaparan Menjadi pemandangan sekitar Inikah masa depan wahai tuhan ? Para penempat kursi tak pernah melihat ke bawah Padahal kami selalu mendongak ke atas Berharap turun sesosok malaikat

Tetes Air Mata di Seoul (Cerpen)

Pagi ini embun sejuk berterbangan bersama sinar surya menyinari Seoul, angin dingin berterbangan, berayun, dan berbisik di ikuti salju yang setia menemani, suhu -15 derajat pagi ini membuat orang – orang malas untuk keluar rumah, tapi tidak untuk seorang gadis manis yang duduk di taman kota sendirian. Ia tampak termenung sendiri, sepi dan dingin yang menyerang tulang tidak ia hiraukan. Aku yang kebetulan ingin berangkat sekolah melihatnya, aku kenal siapa dia, dia tetanggaku, namanya Risa, ia orang dari Indonesia, tapi karna seseorang dia tidak bisa kembali ke keluarganya. Aku ingat pertama kali bertemu denganya, ia ramah dan sangat baik, selalu memberikanku coklat saat ku masih SD, kini aku sudah menginjak kelas 2 SMA dan ia yang sekarang serta dulu sangatlah berbeda. Risa selalu duduk di bangku taman itu dari jam 5 pagi sampai 11 malam, ia menunggu Tom. Tom adalah kekasihnya yang sangat di cintainya. Dulu Risa yang dari Indonesia dan Tom yang dari Singapure bertemu di Universitas yang sama di Korea ini, Risa yang cantik, ramah, dan pintar telah memikat Tom yang populer dan baik hati. “Ris, kamu mau gak jadi pacarku?” suatu hari kata – kata itu keluar dari Tom “hah ? kamu serius Tom ?” “iya, gimana?” “em.. gak mau” “yahh Ris… Nolaknya langsung banget gak dipikirin dulu” “makanya belajar nyimak omongan orang. Maksud aku aku gak mau nolak kamu” “serius Ris??” “emang kamu maunya aku bercanda??” “gak, maksih ya Ris” “iya Tom”. Semenjak itu Tom dan Risa menjalin cinta bersama walupun dari Negara yang berbeda Tom tak pernah berbuat sembarangan pada Risa, paling – paling Tom hanya menggandeng tangan Risa. Mereka bagai Jiwa dan Raga, tak ada yang dapat memisahkan kecuali Maut. Tapi ternyata itu sebuah kesalahan… Suatu hari Tom harus pergi ke Tokyo, Tom akan melanjutkan studinya di sana, tapi Risa melarangnya, Risa tidak mau jauh dari Tom, tapi karna ini adalah keinginan Tom, Risa tak dapat menolaknya. Sebelum pergi Tom mengajak Risa pergi ke sebuah taman yang indah, Risa sangat bahagia, Tom berjanji akan menemui Risa di sana, itulah yang menyebabkan Risa selalu menunggu Tom di taman itu. Suatu hari Tom menghubungi Risa, Tom bilang ia akan kembali ke Seoul besok pagi dengan pesawat CSt73, tentunya Risa sangat gembira. Risa menunggu di Airport dari jam 05.00 padahal pesawat Tom baru akan tiba pukul 05.30. tapi ada suatu keanehan, sampai jam 06.00 Risa tidak mendapati kedatangan pesawat yang di tumpangi Tom, Risa baru ingin bertanya pada pihak Airport, tapi sebelum Risa bertanya, Risa mendapati berita mengejutkan dari Televisi di Airport itu. Ternyata pesawat yang di tumpangi Tom mengalami kecelakaan dan jatuh di laut. Risa langsung terisak ia terduduk lemas di lantai Airport, ia ingin memeluk Tom, mengatakan betapa cintanya ia pada Tom, tapi kini… Cinta Risa pada Tom mengalahkan semua kemungkinan, Risa langsung memesan tiket pesawat di dekat kota di mana pesawat Tom jatuh, sesampainya di sana Risa langsung pergi ke tempat evakuasi, ia mencari Tom di sana, tapi ia tak mendapatinya. Hingga pada akhir evakuasi pun mayat tom tak di temuakan. Risa semakin terisak, kini ia bingung kemana lagi harus mengejar Tom. Air matanya tak dapat di bendung lagi, Risa merasa kehilangan hidupnya hingga ia pun pingsan. Saat bangun dari pingsannya ia telah berada di Seoul, pihak evakuasi menghubungi keluargaku, karena keluarga kami akrab dengan Risa aku dan keluargaku pun menjemput Risa. Sejak kejadian itu Risa tak mau makan ataupun bicara, Risa yang selama ini selalu tersenyum padaku kini telah tiada, yang ku lihat hanya Risa yang kelam. Risa percaya Tom masih hidup, walaupun pihak evakuasi bilang tak mungkin ada yang selamat dari kecelakaan sebesar itu Risa tetap tidak mau tau, setiap hari ia menunggu Tom yang tak pernah datang di taman itu. Aku kasihan pada Risa, tapi siapapun yang bicara Risa tak peduli, ia yakin Tom akan menjemputnya di taman itu, Risa tak pernah mau kembali ke Indonesia, dia takut saat ia kembali Tom malah telah pulang ke Seoul. Kami juga tidak tau keluarga Risa, dan Risa tak pernah bicara apapun mengenai keluarganya, hingga kami tak dapat memberitau keadaan Risa pada keluarganya. ***Esok Hari*** Suhu hari ini sangatlah dingin -38 derajat. Saking dinginnya sekolahpun sampai di liburkan, aku khawatir dengan Risa, aku meminta ibuku untuk menemaniku menjemput Risa di taman. Tapi saat kami membuka pintu polisi telah ada di depan pintu rumah kami, polisi itu bilang ada wanita yang meninggal di taman karna kedinginan dan penjaga taman bilang wanita itu dekat dengan keluarga kami. Risa yang malang, keluargaku menguburnya dengan layak, karna kami tidak tau keluarga Risa jadi tak ada yang tau tentang kematiannya. Saat acara penguburan Risa selesai aku melihat seorang lelaki berlari ke arahku, betapa kagetnya aku ternyata itu adalah TOM. Ia bilang padaku ia terdampar di sebuah pulau selama ini dan tak punya uang untuk kembali ke Seoul, jadi ia bekerja dengan penduduk setempat di pulau itu agar dapat kembali ke Seoul. Tom bertanya padaku di mana Risa, aku hanya dapat menangis sambil menunjuk kuburan Risa, Tom yang gagah yang ku kenal kini terkulai lemas dengan tatapan kosong, Tom menangis sejadi – jadinya, ia merindukan cintanya yaitu Risa, tapi saat ia kembali cintanya telah pergi. Semenjak itu tak pernah ku lihat Tom lagi. Tapi seminggu setelah kematian Risa, aku membaca berita ada lelaki asal singapure yang bunuh diri di samping kuburan Risa sambil memegang secarik kertas yang isinya “Kuburkan aku di samping Risa, biarlah kami mati bersama, tapi cinta kami tak akan mati, aku dan Risa akan bersama di kehidupan selanjutnya. Risa dan Tom, telah mengajarkanku suatu hal “tidak ada yang tak mungkin dalam cinta. Semua dapat terwujud asal kita terus berusaha”