Sabtu, 24 Maret 2012

Crying Stone (legend)

Once, in a remote village area of West Kalimantan, Indonesia. Stay an old widow with a beautiful daughter named Darmi. They lived in an old shack located at the end of the village, since the father Darmi died and left no estate at all their life to be hard to finally make a mother Darmi should be wage laborers in the fields of others. While Darmi?, He is a lazy spoiled girl, his job and dressing mirror just to add to her beauty. Each of the mother asked her to go to the field he always refused. Every mother returned to work Darmi always the mother's wage bill to buy equipment for her dress. That day-to-day running of the mother who worked hard and the child who will not help that her mother has always enjoyed the work. On a day when his mother wanted to go to the market Darmi advised to buy an instrument of beauty, but because his mother did not know the beauty tools that he meant, his mother finally took Darmi come to market, Darmi initially refused but eventually he too had to be willing, even asked her mother not willing Darmi walking at his side but behind him because he was ashamed of having an older mother and a mess. Although sad mother still willing, on the way Darmi met with his friend, his friend asked him who the old lady behind him and Darmi said it was his maid. Shortly after that Darmi meet others and ask the same question, he replied that it aides. Her mother kept her grief, the mother finally stopped and sat on the roadside. Darmi approached her and asked why she stopped, but the mother did not answer, it turns out his mother asked the gods to give to his son's punishment, the sky turned cloudy, lightning, and thunder rumbled. Heavy rain fell, slowly Darmi body turned to stone, before the whole body turned to stone he wept and begged her mother Sorry, but all that has happened can not be returned again. Stone rose in place at the curb against the cliffs and the rock is called Stone Crying by local people. Mandate: 1. Do we disobey our parents 2. Any action there must be accountability

Kepergian sahabat (puisi)

Lihatkah kau ? Dapatkah kau melihat hati ini menangis ? Sepanjang mataku memandang hanyalah air mata Dapatkah kau rasa kesedihan saat kau tinggal sendirian ? Air mataku menggema sepanjang jalan hidupku Berlinangan menenggelamkan hatiku Apakah kau rasa sikapmu menjerumuskanku dalam keputus asaan ? Kehidupan mencoba melihat kekuatanku, tapi rasakah kau tak di sisi ku ? Dapatkah kau terus berpaling saat aku menghampirimu ? Tak dapatkah rasa mu membelai air mataku ? Sahabat… kepergianmu dari hidupku Cukup menjatuhkanku kelubang keputus asaan ku Kumohon lihatlah kebelakang Ada aku yang berlinangan air mata Membutukan pelukan hangat Dan kasih sayang seorang sahabat

ketulusan hati (puisi)

Karya : Wina Tyanshi Kilauan indah darinya membuat semua terpana Putihnya membuat salju merasa iri Cantiknya mengalahkan intan Dan beningnya menyentuh kaldu Terangnya matahari tak sebanding dengan terang dirinya Sucinya rembulanpun dikalahkan olehnya Bahkan anggunnya purnama tak seanggun dirinya Semua mata yang melihat akan iri padanya Semua hati yang menyaksikan akan kagum padanya Bahkan semua fatamorgana dibuat terbelalak olehnya Ketulusan hati… Sempurnanya dirimu… Yang membuatku ingin memilikimu…

Arang, abu, dan asap (puisi)

Karya : Wina Tyanshi Dia tak pernah berjanji untuk menjadi arang Dia tak penah bersumpah untuk menjadi abu Dia tak pernah berkata “ya” untuk menjadi asap Tapi… Asap itu berkumpul Menyatukan ku dengannya Hingga tiba saatnya nanti Ada yang menjadi arang dan ada yang menjadi abu Peluhku menetes berkali – kali Begitu pula dengannya Saat semua sudah berakhir Asap pergi tanpa kata Kini ku tlah berubah Kini hitam dan panas tlah menyelimutiku Baru sekarang ini ku berfikir Kenapa ku mau menjadi korban asap

Rasul Yang Berjasa (puisi)

Karya : Wina Tyanshi Rasul… Saat dunia berada dalam kegelapan Saat dunia di kuasai oleh kejahiliahan Saat hukum rimba yang berlaku Di saat itulah kau datang Di saat itulah kau berikan kami cahaya kehidupan Dan di saat itulah kau keluarkan kami dari kejahiliahan Rasul… Saat kami berada dalam kegelapan dunia Kau bantu kami menemukam cahaya kehidupan Saat kami kehilangan arah dunia Kau bantu kami menemukan panah kehidupan Dan saat kami kehilangan tempat bernaung Kau lah naungan terindah bagi kami Rasul… Walaupun beribu – ribu cacian menerpamu Kau tetap tegar menghadapinya Waluapun beribu – ribu siksaan menimpamu Kau tetap tawakal menghadapinya Trimakasih ya rasul, trimakasih atas semuanya Trimakasih karna sudah membawakan ajaran islam yang begitu indah Dan trimakasih, karna sudah menjadi panutan terbaik bagiku

Air Mata Kelabu (puisi)

Karya : Wina Tyanshi Kala itu… Kelabu menjadi selimut langit Ku pandang sekitarku Terdapat banyak wajah sulit Adik – adikku belajar di bawah gubuk Harapan mereka akan masa depan cemerlang Di perjuangkan dalam sebuah gubuk Yang reot dan sangat tak pantas Tuhan… Air mata ini menetes Merintik kasihan Akan adik – adikku di jalanan Yang berjuang demi masa depan Namun tiada tangan rela berkorban Mendung ini sangatlah kelabu Bagai harapan adik – adikku Rakyat kecil yang kelaparan Menjadi pemandangan sekitar Inikah masa depan wahai tuhan ? Para penempat kursi tak pernah melihat ke bawah Padahal kami selalu mendongak ke atas Berharap turun sesosok malaikat

Tetes Air Mata di Seoul (Cerpen)

Pagi ini embun sejuk berterbangan bersama sinar surya menyinari Seoul, angin dingin berterbangan, berayun, dan berbisik di ikuti salju yang setia menemani, suhu -15 derajat pagi ini membuat orang – orang malas untuk keluar rumah, tapi tidak untuk seorang gadis manis yang duduk di taman kota sendirian. Ia tampak termenung sendiri, sepi dan dingin yang menyerang tulang tidak ia hiraukan. Aku yang kebetulan ingin berangkat sekolah melihatnya, aku kenal siapa dia, dia tetanggaku, namanya Risa, ia orang dari Indonesia, tapi karna seseorang dia tidak bisa kembali ke keluarganya. Aku ingat pertama kali bertemu denganya, ia ramah dan sangat baik, selalu memberikanku coklat saat ku masih SD, kini aku sudah menginjak kelas 2 SMA dan ia yang sekarang serta dulu sangatlah berbeda. Risa selalu duduk di bangku taman itu dari jam 5 pagi sampai 11 malam, ia menunggu Tom. Tom adalah kekasihnya yang sangat di cintainya. Dulu Risa yang dari Indonesia dan Tom yang dari Singapure bertemu di Universitas yang sama di Korea ini, Risa yang cantik, ramah, dan pintar telah memikat Tom yang populer dan baik hati. “Ris, kamu mau gak jadi pacarku?” suatu hari kata – kata itu keluar dari Tom “hah ? kamu serius Tom ?” “iya, gimana?” “em.. gak mau” “yahh Ris… Nolaknya langsung banget gak dipikirin dulu” “makanya belajar nyimak omongan orang. Maksud aku aku gak mau nolak kamu” “serius Ris??” “emang kamu maunya aku bercanda??” “gak, maksih ya Ris” “iya Tom”. Semenjak itu Tom dan Risa menjalin cinta bersama walupun dari Negara yang berbeda Tom tak pernah berbuat sembarangan pada Risa, paling – paling Tom hanya menggandeng tangan Risa. Mereka bagai Jiwa dan Raga, tak ada yang dapat memisahkan kecuali Maut. Tapi ternyata itu sebuah kesalahan… Suatu hari Tom harus pergi ke Tokyo, Tom akan melanjutkan studinya di sana, tapi Risa melarangnya, Risa tidak mau jauh dari Tom, tapi karna ini adalah keinginan Tom, Risa tak dapat menolaknya. Sebelum pergi Tom mengajak Risa pergi ke sebuah taman yang indah, Risa sangat bahagia, Tom berjanji akan menemui Risa di sana, itulah yang menyebabkan Risa selalu menunggu Tom di taman itu. Suatu hari Tom menghubungi Risa, Tom bilang ia akan kembali ke Seoul besok pagi dengan pesawat CSt73, tentunya Risa sangat gembira. Risa menunggu di Airport dari jam 05.00 padahal pesawat Tom baru akan tiba pukul 05.30. tapi ada suatu keanehan, sampai jam 06.00 Risa tidak mendapati kedatangan pesawat yang di tumpangi Tom, Risa baru ingin bertanya pada pihak Airport, tapi sebelum Risa bertanya, Risa mendapati berita mengejutkan dari Televisi di Airport itu. Ternyata pesawat yang di tumpangi Tom mengalami kecelakaan dan jatuh di laut. Risa langsung terisak ia terduduk lemas di lantai Airport, ia ingin memeluk Tom, mengatakan betapa cintanya ia pada Tom, tapi kini… Cinta Risa pada Tom mengalahkan semua kemungkinan, Risa langsung memesan tiket pesawat di dekat kota di mana pesawat Tom jatuh, sesampainya di sana Risa langsung pergi ke tempat evakuasi, ia mencari Tom di sana, tapi ia tak mendapatinya. Hingga pada akhir evakuasi pun mayat tom tak di temuakan. Risa semakin terisak, kini ia bingung kemana lagi harus mengejar Tom. Air matanya tak dapat di bendung lagi, Risa merasa kehilangan hidupnya hingga ia pun pingsan. Saat bangun dari pingsannya ia telah berada di Seoul, pihak evakuasi menghubungi keluargaku, karena keluarga kami akrab dengan Risa aku dan keluargaku pun menjemput Risa. Sejak kejadian itu Risa tak mau makan ataupun bicara, Risa yang selama ini selalu tersenyum padaku kini telah tiada, yang ku lihat hanya Risa yang kelam. Risa percaya Tom masih hidup, walaupun pihak evakuasi bilang tak mungkin ada yang selamat dari kecelakaan sebesar itu Risa tetap tidak mau tau, setiap hari ia menunggu Tom yang tak pernah datang di taman itu. Aku kasihan pada Risa, tapi siapapun yang bicara Risa tak peduli, ia yakin Tom akan menjemputnya di taman itu, Risa tak pernah mau kembali ke Indonesia, dia takut saat ia kembali Tom malah telah pulang ke Seoul. Kami juga tidak tau keluarga Risa, dan Risa tak pernah bicara apapun mengenai keluarganya, hingga kami tak dapat memberitau keadaan Risa pada keluarganya. ***Esok Hari*** Suhu hari ini sangatlah dingin -38 derajat. Saking dinginnya sekolahpun sampai di liburkan, aku khawatir dengan Risa, aku meminta ibuku untuk menemaniku menjemput Risa di taman. Tapi saat kami membuka pintu polisi telah ada di depan pintu rumah kami, polisi itu bilang ada wanita yang meninggal di taman karna kedinginan dan penjaga taman bilang wanita itu dekat dengan keluarga kami. Risa yang malang, keluargaku menguburnya dengan layak, karna kami tidak tau keluarga Risa jadi tak ada yang tau tentang kematiannya. Saat acara penguburan Risa selesai aku melihat seorang lelaki berlari ke arahku, betapa kagetnya aku ternyata itu adalah TOM. Ia bilang padaku ia terdampar di sebuah pulau selama ini dan tak punya uang untuk kembali ke Seoul, jadi ia bekerja dengan penduduk setempat di pulau itu agar dapat kembali ke Seoul. Tom bertanya padaku di mana Risa, aku hanya dapat menangis sambil menunjuk kuburan Risa, Tom yang gagah yang ku kenal kini terkulai lemas dengan tatapan kosong, Tom menangis sejadi – jadinya, ia merindukan cintanya yaitu Risa, tapi saat ia kembali cintanya telah pergi. Semenjak itu tak pernah ku lihat Tom lagi. Tapi seminggu setelah kematian Risa, aku membaca berita ada lelaki asal singapure yang bunuh diri di samping kuburan Risa sambil memegang secarik kertas yang isinya “Kuburkan aku di samping Risa, biarlah kami mati bersama, tapi cinta kami tak akan mati, aku dan Risa akan bersama di kehidupan selanjutnya. Risa dan Tom, telah mengajarkanku suatu hal “tidak ada yang tak mungkin dalam cinta. Semua dapat terwujud asal kita terus berusaha”

Dafra Jangan Menangis (Cerpen)

Drem School Stars Seorang gadis berlarian di koridor yang mulai kosong di karenakan bel masuk telah berdentang, sesampainya di depan sebuah pintu dia mengintip sebentar ke dalam, di lihatnya guru setengah baya yang memang sedari dulu tak pernah akur dengannya sedang mengajarkan pelajaaran yang juga tak pernah di kuasainya. Dia menarik nafasnya, memberanikan hatinya melangkah lalu membuka pintu “Pagi pak” ucapnya saat membuka pintu, seluruh mata memandangnya, di lihatnya ada 3 orang siswi yang tertawa pelan mengejeknya dan siswa lain yang juga sedikit tersenyum meledek ke arahnya. Guru setengah baya di ruangan itupun mengerutkan dahinya lalu berucap “Famelda Fransiska, terlambat lagi ya ?” ucap guru setengah baya itu “ma’af pak, tadi saya…” “sudah! Tidak usah di lanjutkan, kamu pasti kesiangan seperti biasa!. Silakan keluar dan tunggu di ruangan saya” Ucapnya datar “tapi pak..” lelaki setengah baya itu menatapnya tajam, karena takut oleh tatapannya akhirnya dengan berat hati Famelda mengangkat tubuhnya keluar dari kelas itu. 09.00, ruangan pak Cristian (guru B.Inggris) Kakinya serasa sangat berat saat memasuki ruangan itu tapi gadis ini memberanikan dirinya. Saat pintunya di buka dan tubuhnya memasuki ruangan itu Famelda hanya berdiri dan sedikit tertunduk karena takut melihat lelaki setengah baya di depannya menatapnya dengan tajam “silakan duduk” ucapnya datar, Famelda menaruh tubuhnya di atas sebuah sofa yang empuk, tapi baginya yang sedang dalam keadaan sekarang sofa itu sangatlah keras. Ruangan 7X8 meter itu terasa sangat menyesakkan baginya, ingin rasanya keluar dan menghirup udara kehidupan. Tapi mungkin itu mustahil saat ini “Famelda Fransiska. 5 kali terlambat dalam satu bulan, 3.0 dalam B.Inggris, dan 100 dalam perusak mutu sekolah” Famelda duduk tertegun, ia hanya terdiam tak berani mengangkat wajahnya untuk menatap guru yang sedari tadi menatapnya dengan tajam “sekolah ini telah melahirkan beribu – ribu mutiara dalam setiap generasinya. Tapi kamu Famelda! Kamu bagai sepuhan di antara para mutiara itu” Famelda merasa sesak mendengar ucapan pria itu, ingin rasanya sekarang dia berdiri dan menggeprak meja yang ada di depannya. Tapi sayangnya tubuhnya tak mampu mengendalikan ketakutannya “silakan” ucap guru itu “maksud bapak?” “silakan berikan suat pengunduran dirimu dari sekolah ini” “apa pak ? apa tidak ada kesempatan lagi pak ? tolong jangan keluarkan saya pak” pria itu nampak memandang ke luar jendela dan berfikir sejenak lalu “satu bulan lagi ujian semester dan besok saya akan pergi ke luar negeri karna ada pekerjaan. Akan ada guru yang menggantikan saya. Raih nilai tertinggi di B.Inggris, jangan telambat lagi, dan rata – rata harus 8.0” “pak, tapi itu kan…” “silakan keluar” ingin Famelda meneruskan ucapannya, tapi dia mengurungkan niatnya. Lalu keluar melewati pintu, dilihatnya guru itu memandangnya tajam. Lalu ia berlalu melalui koridor. 22.00 Kamar Famelda menatap kosong kearah dinding, mengambil sebuah bingkai foto yang di dalamnya ada gambar seorang anak lelaki dan seorang anak perempuan yang sedang berlarian di taman bunga. Tanpa di sadarinya air matanya menetes, mengaliri wajahnya melewati bibirnya yang tersenyum, kenangan masa kecilnya kembali terngiang menutup matanya dan mengalirkannya ke alam mimpi. 06.30 Drem School Stars Famelda berhasil, dia bangun pagi hari ini. Karena kata – kata guru itu terus berbisik di hatinya ia meniatkan tak akan pernah seperti dulu. Bel berdentang tepat pukul 07.00. Pelajaran pertama hari ini adalah B.Inggris, Famelda menunggu guru sementara yang akan menggantikan pak Cristian. Tak lama sesosok lelaki muda memasuki ruangan itu, membuat sebagian besar siswi terpesona, badannya yang tegap, wajahnya yang ramah dan tampan serta kulitnya yang putih dan wajah perawakan Eropanya seakan menyinari kelas Famelda, di lihatnya lelaki itu membawa setumpuk buku B.Inggris, meletakannya di atas meja lalu “pagi semua, saya guru sementara yang akan menggantikan pak Cristian kalian boleh memanggil saya pak Mario Sudrajat Haritz” seorang siswi yang terkenal centil mengangkat tanganya “pak, udah punya pacar belum?” pertanyaan yang di lontarkan siswi itu membuat anak – anak menyorakinya. Sedangkan Famelda tampak berfikir, wajah dan nama guru ini seperti tak asing baginya. Seperti sangat dekat, siapa dia ? “El, El” sentakan Maria mengagetkan Famelda “kenapa mar?” “gurunya cakep banget ya El ?” “eh iya”. Sepanjang pelajaran Famelda hanya menatapi guru itu, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal dan terus berfikir siapa lelaki yang sedang mengajarnya sekarang “kamu” panggilan pak Mario menyadarkan Famelda dari lamunannya “iya pak” “apa kamu memperhatikan?” “i…i… ya pak” “jangan melamun. Selesai sekolah berikan buku cetak B.Inggrismu yang halaman 56 – 60 telah di kerjakan. Baiklah semua sampai bertemu minggu depan” guru itu pun berlalu dari kelas 12-1 “El, lu kok ngelamun sih ?” Tanya Maria saat pak Mario keluar. “Emang kenapa ?” “Asal lu tau El halaman 56-60 itu susah banget, gua aja yang B.Inggrisnya rata – rata 8.5 kesusahan apalagi elu yang 3.0” “Ih, mar. Ngehina banget kesannya. Udah gampang, ke kantin aja yuk?” “Dasar, yaudah deh”. 15.00 ruang pak Mario Famelda mengetuk pintu di depanya lalu membukanya “sore pak” “sore, silakan duduk” senyum guru itu, wanita manapun yang melihat senyuman manisnya itu pasti langsung terbang “pak, ini tugasnya” memberikan sebuah buku cetak berwarna biru, guru itu pun memeriksanya dengan teliti lalu “10” Famelda kaget “bener pak ? sukur deh” “dari 50 soal” lanjut pak Mario “yah, berarti ? nilai saya…” “2.0” “yaah…” “tampaknya kamu tadi tidak memperhatikan, harusnya kamu perhatikan. Siapa namamu ?” “Famelda Fransiska pak” “Famelda Fransiska ?” wajah guru itu seketika itu berubah, tampak terkejut dan heran “pak ? bapak kenapa ?” ucapan Famelda menyadarkanya, dia langsung berucap “tidak apa –apa. Sekarang kamu boleh pulang” “terimakasih pak” walaupun agak heran tapi Famelda tetap keluar dari ruangan itu lalu berlalu. Dari kejauhan ada yang memperhatikanya “Famelda ya”. Esok hari Drem School Stars tampak ramai seperti biasa. Tapi ada yang aneh dengan Famelda, seharian ini dia terus terfikir pak Mario. Tapi tadi saat Famelda pergi ke ruangan pak Mario Famelda tidak mendapati siapapun di sana. Hanya ruang kosong. Pulang Sekolah Famelda tampak bosan hari ini, ia memutuskan untuk pergi ke taman bunga yang ada di pusat kotanya. Di taman itu ada Pancuran dengan patung bidadari cantik dan Dewa tampan yang menemaninya. Taman bunga yang menghampar luas itu tidak berbeda dengan 12 tahun lalu. Ia kembali menatap pancuran di sampingnya “Pancuran Cinta. Bidadari Dafra dan Dewa Iosu” ucapnya. Dafra adalah nama kecilnya dan Iosu adalah nama kecil seorang anak lelaki yang pernah menaruh mahkota bunga di atas kepalanya. Air mata tak dapat lagi di bendung olehnya, membuatnya terduduk di taman bunga itu. Seketika itu hujan turun sangat lebat. Dari kejauhan seorang yang memakai payung menatap Famelda dengan tatapan rindu “Dafra, jangan menangis” lalu orang itu melepaskan payungnya, payungnya melayang dan jatuh tepat di depan Famelda, lalu orang itu pergi. Famelda bingung kenapa ada payung di depannya, ia menoleh mencari sesosok orang yang mungkin kehilangan payung, tapi tak ada siapapun. -****- “Dafra kenapa?” “hiks, Dafra di dorong sama Iosu” “Iosu kok nakal ?” “ma’af ma, Io gak sengaja” “Dafra, jangan menangis. Ayo ikut Io” Dafra menghapus air matanya, lalu mengangguk. Ia mengikuti Io sampai di sebuah taman bunga yang indah. “Ini buat Dafra”’ meletakan mahkota bunga di atas kepala Dafra “Ma’afin Io ya, Io gak sengaja” “hiks, iya” “Dafra udah dong, liat nih patung di pancuran ini” Dafra menoleh “wah bidadarinya cantik banget” “iya dong, itu kan kamu” “aku ?” “iya, ini bidadari Dafra dan yang ini Dewa Iosu. Ini pancuran cinta” “cinta ?” “Dafra gak ngerti cinta ya ? nanti Dafra tau sendiri deh, Oia, Dafra manis deh kalo gak nangis” “io… Dafra janji gak akan pernah nangis lagi. Dafra juga bakal pinter kaya Io” “iya… Io percaya” tiba – tiba bayangan Io menghilang “dadah Dafra, inget janji kamu ya, Io sayang Dafra” “Io……” Dafra mengejar Io tapi Io telah menghilang “Io……………” “Elda bangun, elda!” Famelda bangun dari tidurnya “Mimpi Io lagi ya ?” “iya ma… hiks” “Udah sayang, mama yakin kamu pasti bisa ketemu sama Io lagi” memeluk Famelda. -***- PRANG ! “kenapa sih harus kayak gini !” “tuan tenang tuan, tenang!” “Apa kamu bilang ? tenang? saya seperti ini kamu menyuruh saya tenang!” “tuan” “Dafraaaaaaaaaa………………….”. Drem School Stars “Pagi semua ?” sapa pak Mario saat memasuki kelas, Famelda melihat pak Mario dengan senyuman manis, tapi tak seperti kepada siswa lainnya, pak Mario memberikan tatapan sinis padanya. Hari ini pak Mario tampak sangat dingin pada Famelda. Famelda bingung, Famelda tidak merasa melakukan kesalahan apapun, tapi sikap pak Mario padanya seperti ia telah melakukan kesalahan besar. Pulang Sekolah Famelda bersama teman – temanya baru keluar kelas, ada 2 siswi yang melintasinya sambil membawa tumpukan buku B.Inggris. Famelda langsung menghampirinya “itu mau di bawa ke ruangan pak Mario ya?” “Iya” “boleh gua aja” “Oh, boleh. Lagian gua emang keberatan. Makasih ya” “iya sama – sama” “semuanya, kalian duluan aja ya. Gua mau ke ruangan pak Mario dulu” “oke El” jawab yang lain. Depan Ruangan pak Mario Famelda mendengar seperti ada keributan di ruangan pak Mario. Iya mendekatkan telinganya ke pintu dan mencoba mendengar pembicaraan di dalam “apa ?” “ma’af pak tidak ada yang dapat saya lakukan lagi” “akan saya bayar berapapun pak” “ma’af pak” “dokter tolonglah, tidak bisakah kau menolong pasienmu ini” “ma’af pak” terdengar suara langkah kaki mendekati pintu. Famelda pun langsung bersembunyi. Setelah orang yang di panggil pak Mario Dokter tadi berlalu famelda kembali menguping. Tapi tak terdengar suara apapun. Ia memantapkan hatinya untuk masuk keruangan itu dan memberikan tumpukan buku B.Inggris yang di bawa nya “permisi pak” seorang lelaki berdiri dengan wajah suram menatap ke luar jendela berbalik dan menatap kearah Famelda “sedang apa kamu di sini ?” “aku mau meberikan buku B.Inggris ini ke bapak” “taruh di atas meja” Famelda menaruh buku itu di atas meja, lalu ia menuju ke pak Mario. Pak Mario menatapnya sinis lalu berkata “ada apa lagi?” “pak, sebenarnya…” tiba – tiba wajah pak Mario pucat dan pak Mario lemah serta hampir jatuh ke lantai, untung saja Famelda segera menangkapnya. Famelda membawa pak Mario ke sofa lalu ia mengambil ponsel dari kantungnya dan memanggil ambulance. “Tunggu ya pak, aku mau mencari bantuan” tapi saat Famelda ingin pergi pak Mario menarik tangannya “bisakah kau temani aku sebentar” “baik pak” selang beberapa menit hanya diam Famelda membuka pembicaraan “pak, kenapa sih akhir – akhir ini…” belum selesai Famelda bicara “Dafra” Ucapan itu keluar dari mulut pak Mario. Famelda kaget lalu menatap pak Mario “tadi bapak bilang apa pak ?” “cukup pura-puranya” maksud bapak?” “apa kamu tidak mengenalku ??” Famelda meneteskan air matanya lalu berkata “Iosu… kamu Iosu kan?” “Iya Dafra, ini Io” “Iyo, kamu Iyo, kenapa tidak bilang selama ini ? kenapa sinis sama Dafra ? Kenapa ? hiks…” “Dafra, jangan menangis. Ma’afin Io ya” “katanya Io pindah ke luar negeri cuma setahun. Tapi kenapa baru sekarang Io? Kenapa?!” “Dafra… Io tau Io salah, Io sinis sma Dafra agar Dafra gak berharap banyak pada Io. Io gak bilang kalau ini Io karena apa gunanya Io bilang kalau…” Io tidak meneruskan bicaranya, lalu Io menarik nafas “kalau umur Io tinggal seminggu” “apa? Umur Io? Hiks. Kenpa Io ?...” “tumor otak” “ gak, gak mungkin. Katanya Io sayang sama dafra. Tapi kenapa baru ketemu Io udah mau ninggalin Dafra… Io jahat!” Io memeluk Dafra lalu berkata “walau suatu hari nanti Io pergi tapi cinta dan sayang Io ke Dafra gak akan berubah. Io selamanya sayang Bidadari Dafra” “Hiks… Io….” Dafra memeluk erat Io “Ingat Dafra, tepatin janji Dafra, Dafra harus pinter kaya Io, B.Inggris jangan 2.0 lagi ya” “Kaya gini aja kok masih ngomongin nilai sih Io ? Iya Dafra janji kok. Hiks”. Setengah jam kemudian ambulance baru tiba. Mario atau Iosu langsung di bawa kerumah sakit. Io sudah koma selama 3 hari, Dafra selalu setia menemaninya. Hingga pada hari ke 7 Io pergi selamanya. Dafra mengurung diri di kamarnya selama tiga hari, tak mau makan, bicara, dan selalu menangis memegang mahkota dari bunga yang kini hanya batang yang 12 tahun lalu di berikan Io padanya. Awalnya Dafra ingin menyusul Io, tetapi saat ia ingat janjinya pada Io, ia membatalkan niatnya. Lalu memulai kembali kehidupannya. Tepat satu bulan kepergian pak cristian, ulangan semester telah di tempuh dan hasilnya luar biasa. Famelda/Dafra mendapat nilai tertingi B.Inggris di sekolahnaya, rata – rata rapotnya 9.5 dan mendapat juara Umum pada semester ini. Ruang Pak Cristian “Hebat sekali Famelda” “terimakasih pak” “apa yang membuatmu dapat mencapai semua ini?” “janji pak” “janji?” “janji pada seorang yang sangat berharga”. Pak Cristian mengangguk pelan tanda mengerti. Taman Bunga Famelda datang ke taman sendirian, taman itu sedang sepi. Ia mentap haru pada kedua patung di pancuran. Famelda meletakkan mahkota yang di simpannya selama 12 tahun ini di atas kepala patung bidadari di pancuaran itu lalu mengelus lembut pipi patung dewa di pancuran itu. Air mata Famelda kembali menetes tapi ia ingat sebuah kata “Dafra, jangan menangis” yang selalu di ucapkan Io. Famelda menghapus air matanya, tapi hujan deras malah mengguyurnya, Famelda menatap ke langit dan berkata “Apakah langit tau perasaan Dafra? Sehingga turut menangis? Jangan menangis langit. Dafra tak akan menagis, karna Dafra tau Io akan sedih kalau Dafra menangis.

My Love (Fanfic Yuri Chinen, Nakajima Yuto, Daiki Arioka, dan Ryosuke Yamada)

Pagi ini sangat cerah dan indah, aku melangkah mantap menuju gerbang sekolahku, ku dengar ada sebuah suara yang memanggil namaku.
“Nana-Chan..” panggilnya. “Ne, Kyum ?” kataku, seperti biasa aku berkata dengan mencampur adukkan bahasa. Haha “Kenapa kau tidak menungguku ?” “gomen, kukira kau sudah berangkat duluan. haha” kataku sambil tertawa. Tiba – tiba terdengar suara riuh, dan aku tau itu pasti… “Nana-Chan, itu kan Yuri Chinen, Daiki Arioka, dan Nakajima Yuto. Kyaaa… mereka tampan sekali…” Ucap gadis yang ada di sampingku ini “Oh ayolah… mereka kan hanya pangeran sekolah, apa hebatnya ?” “mereka sangat TAMPAN !” Tampaknya Ken sangat tergila – gila, ya temanku ini namanya Kentasa Fujiya, tapi aku biasa memanggilnya Ken-Chan, katanya Kenta terdengar seperti nama lelaki. Ken sangat mengidolakan Nakajima Yuto, salah satu pangeran sekolah, yah… Yuto memang cukup tampan, tubuhnya yang tinggi, tegap, dan siapa yang dapat menolak pesona sang kapten basket ini? “terserahlah” aku pergi meningalkan Ken, tampaknya Ken tidak peduli dengan kepergianku, dia sibuk menatap Yuto dengan mulut terbuka, sahabatku yang satu ini kalau sudah melihat Yuto sahabat sendiripun di lupakan. Dasar Ken ! Ih sebel !
Yey, istirahat, haha, serasa bebas dari penjara. Hahaha… “Nana…….” Oh tidak…, sesosok gadis manis berambut sebahu memelukku sangat erat “Ai… aku gak bisa nafas tau!” “Haha, gomen :D” “Ne” Ucapku singkat “Kantin yuk, laper nih…” “boleh” kamipun berjalan ke kantin, dan dikantin ada si tiga pangeran sekolah itu lagi, oh tidak… sama separti Ken, Ai pasti terpesona, tapi bukan oleh Yuto, melainkan oleh Daiki Arioka, cowok imut dan tampan yang sering memenangkan juara memasak ini telah berhasil merebut hati Ai, aku ingat seminggu yang lalu Ai pernah tidak sengaja bertabrakan dengan Daiki, dengan wajah imutnya Daiki meminta ma’af pada Ai, dan kalian tau ? Ai hanya bisa mangap lalu pingsan, gila kan ? mau Ken, mau Ai sama aja! Kenapa sih mereka segitu terpesonya dengan cowo – cowo itu ?
TING _TONG. Yey bell, haha pulang… bahagianya diriku, saat pulang seperti biasa aku pulang bersama ke dua sahabatku ini, Ken dan Ai, kebetulan rumah kami bertiga berdampingan, kami bersahabat dari umur 14 tahun, yah… inilah hidupku, FUN !. Di Zebra Cross aku melihat sebuah mobil mewah yang lewat tepat di depan kami, dan kalian tau siapa yang ada di dalamnya ? si tiga pangeran sekolah itu lagi !. hih… kenapa kalian selalu hadir di hidupku hah???. Daiki membuka jendela mobil itu dan menatap Ai “kamu yang seminggu lalu bertabrakan denganku kan ? mau pulang ? mau bareng dengan kami tidak ? teman – teman mu juga boleh ikut” Tanpa harus ku ceritakan lagi kalian pasti tau, mana mungkin Ken dan Ai menolak ini, mereka langsung masuk ke dalam mobil mewah itu, sedangkan aku hanya diam “Nana-chan, kau tidak ikut ?” Tanya Ken “gak Ken, aku mau ke toko buku dulu” “benar kau tidak ikut ?” Daiki ikut bertanya, aku hanya tersenyum tipis “Sudahlah kalau dia tidak mau ikut, itu tidak masalah” Si Chinen malah nyamber, mana tampangnya jutek lagi. Akhirnya aku di tinggal di dekat Zebra Cross sendirian “SAHABAT GAK SETIA………” aku berteriak setelah mobil mewah itu berlalu, orang – orang di dekat situ menatapku heran, aku hanya dapat menutup mukaku dengan tas karna malu.
***Esok Hari***
“Nana-Chan…..” sambil berlari menghampiriku, itu adalah Ai dan ken, mereka bercerita betapa bahagianya mereka kemarin, ih gak peduli deh. Bayangkan saja aku di tinggalin di deket Zebra Cross sendirian, karna sebal, aku tinggalkan aja tuh merka berdua yang lagi cerita gak penting menurutku, aku pergi sambil ngedumel, aku pergi aja ke perpus, nyari cerpen cinta, hehehe… Saat aku sedang asik menjelajah rak buku itu, tanpa sengaja aku menabrak orang di sampingku “Gomen – gomen, kamu gak…” saat aku mengangkat wajahku, aku gak meneruskan ucapanku, karna apa ? itu si CHINEN ! cowo menyebalkan yang sangat ku benci !. bukannya mengambilkan buku – buku berserakan yang ku bawa tadi, dia malah berdiri dan berkata “Makanya mata di pakai!” sialan tu cowo, gua tonjok mati lu “heh, cowo belagu!, bukanya bantuin gua, lu malah ngatai gua!” “Cowo belagu ? yang ada tuh elu cewe rese, oia satu lagi, ngapain gua ngebantuin lu, palingan lu sengaja nabrak gua buat caper kan ? jangan munafik!” PLAKK, OMG reflek aku nampar si Chinen, dan tau gak matanya jadi tajem banget natap aku, kayak harimau ngeliat daging, serem… “Gak pernah ada yang nampar gua ! Lu bakal terima ganjarannya !” lalu dia pergi meninggalkan aku sendirian “yah… gua di apain nanti ??”
Aku sedang menikmati tiduran di kelas ku yang gurunya sedang tidak masuk, tiba – tiba, ENG ENG ENG “di mana Nanaho Nakazawa?” “aku mengangkat kepalaku dari meja saat mendengar ada yang menyebut namaku, dan kalian tau siapa ?? tiga pangeran sekolah itu, Chinen menghampiriku lalu menarikku ke luar kelas, anak – anak hanya bisa melongo melihat adegan itu, aku di bawa ke ruangan pribadi tiga pangeran sekolah itu, tentunya mereka punya ruang pribadi, ayah mereka kan komisaris di sekolah ini. Daiki dan Yuto hanya tersenyum lalu mereka keluar dari ruangan itu meninggalkan aku dan Chinen berdua “Mau ngapain lu ? jangan macem – macem ya gua bisa Taekwondo nih!” “Narsis banget sih lu, gua males banget ngapa – ngapain lu, gua cuma mau ngasih hukuman tamparan lu tadi, jadi babu di rumah gua selama 6 bulan” “Apa ? lu bodoh edisi special ya ? gak mau gua!” “emang lu mau gua keluarin dari sekolah ini?, inget ya ayah gua komisaris di sekolah ini!” huh.. dasar cowo belagu “Iya sombong !” “Iya apa ? iya mau di keluarin ?” “iya, gua mau jadi babu di rumah lu ! puas lu ?!” “haha, biasa aja” langsung pergi ninggalin gua “dasar gila…..” teriak ku saat dia sudah jauh. Tanpa ku sadari dari kejauhan ketiga pangeran sekolah itu ketawa cekikikan melihat sikap ku.
***Pulang Sekolah***
Aku keluar sekolah dengan wajah gembira, membayangkan akan impian pulang kerumah lalu tidur… ah nikmatnya… tapi… “eh, cewe bego !” aku menengok ke sumber suara dan ternyata, mereka lagi ! “ngapain lu diem aja ?! ayo ikut” “hah ? kemana ?” Tanya ku, Chinen tidak menjawab pertanyaan ku, aku malah langsung di tarik sama ajudan mereka, oh tuhan…hilanglah mimpiku untuk tidur di ranjangku tercinta…
***Rumah Chinen***
Aku melongo ngeliat rumah yang bisa di bilang istana itu “eh norak ! cepetan !” “iya, berisik !” Yuto dan Daiki hanya tertawa geli melihat tingkah aku dan Chinen. Ya kawan, inilah aku, gadis nan malang yang menjadi pembantu Yuri Chinen. Yuri Chinen, Daiki Arioka, dan Nakajima Yuto adalah tiga pangeran sekolah yang sangat di idam – idamkan siswi – siswi di sekolahku, termasuk ke dua sahabatku Kentasa Fujiyama dan Jung Ai Hanata. Yah, Nakajima Yuto anak tertua sekaligus tertinggi di keluarga ini, sang kapten basket yang ramah dan penyayang binatang serta sang wakil 1 ketua Osis, Daiki Arioka, pria imut + tampan yang memenangkan beribu – ribu perghargaan memasak, ramah, ketua 2 Osis, dan sang ahli pelajaran sastra. Terakhir anak ke tiga dari tiga bersaudara Yuri Chinen, paling pendek ! Paling nyebelin ! (menurut gue) Gigi kelincinya sanggup bikin cewe – cewe yang ngeliatnya terbang, ketua exscol Japans, ketua Osis, si jago acrobat, si raja balapan kuda, dan paling jutek sama cewe di banding ke dua saudaranya. Dan aku Nanaho Nakazawa, gadis biasa yang terjebak di antara tiga cowo ini. Hiks !
“Nih” Ucap Chinen sambil melemparkan pakaian pelayan padaku, oh tuhan… apa dosa hambamu ini… “Bersihin kamar mandi, dapur, taman, cuci mobil, masak, bersihin kamar gua, mandiin peliharaan gua, bersiin teras, tapi inget jangan sampe ada yang rusak” “lu gila ? pembantu lu ada bejibun begini kenapa harus gua yang ngelakuin semua itu ?!” “oh iya, lupa” Chinen menepuk tangannya tiga kali, lalu semua pembantunya yang puluhan itu menghadap di depannya, Chinen pun berkata “kalian semua boleh pulang” lalu dengan sigap semua pembantunya itu langsung pada siap – siap pulang “sekarang, pembantu gua cuma elu ! jadi yang kerja cuma elu !” kata chinen padaku, lalu dia meninggalkan ku sendiri. Dasar Sinting ! ucapku dalam hati. Dengan sangat teramat terpaksa gua kerjain tuh semua perintah Yuri Chinen. Hiks…
“Dek, segitunya kamu ngerjain dia ?” “emang kenapa ? wajarkan ?” “menurutku gak, kamu suka ya sama dia sampe ngerjain dia begini?” “gak” pergi meninggalkan ke dua kakaknya “tapi diakan mirip banget sama…” belum selesai Yuto mengucapkan kalimatnya Chinen sudah memotongnya “jangan pernah samakan dia dengan perempuan manapun!” sambil menatap Yuto tajam, lalu pergi. Yuto dan Daiki hanya dapat memandang bingung.
***Kamar Yuri Chinen***
Aku membersihkan kamar Chinen yang terkutuk itu, yah aku sebal ! sangat ! tapi aku harus melakukannya demi sekolahku. Hiks… aku membersihkan lemari pakaian Yuri Chinen, tanpa sengaja ada sebuah kotak yang jatuh dari atas lemari itu, aku melihat kotak itu, semula aku ingin menaruhnya kembali ke atas lemari, tapi karna penasaran aku membukanya, betapa kagetnya aku, ada foto gadis berpakaian merah muda yang wajahnya sangat mirip denganku ! oh tuhan… “ngapain lu!” Ada Chinen di depan ku, dia langsung merebut kotak itu dari tanganku “itu foto siapa ? kok mirip sama…” belum selesai bicaraku Chinen sudah memotongnya “gak ada hubungannya sama elu !” ucapnya dengan wajah seram “keluar dari kamar gue” aku keluar dari kamar Chinen dengan perasaan takut campur penasaran “mau tau perempuan itu siapa ?” aku menengok ke asal suara di belakangku.
***Ruang keluarga***
Yuto meminum teh hijaunya lalu mulai bicara “namanya Natasya Hoshizawa. Nama, sikap, wajah, kalian sangat mirip” Ucap Yuto “Dia cinta pertama Chinen, 3 tahun lalu dia pergi ke Amerika tanpa memberitahu siapapun, sampai sekarang tak pernah ada kabar darinya” sambung Daiki “apa ? jadi itu cinta pertama Chinen ? salut campur gak sangka, seorang Chinen Punya pacar. Haha” “kau pasti berfikir orang se cuek Chinen sepertinya tidak mungkin menjalin cinta. Tapi jika kau mengenalnya lebih dalam, sesungguhnya dia adalah seorang yang lembut dan sangatlah hangat” Ucap Yuto “kami berharap padamu Na-Chan, kembalikanlah senyuman di wajah adik kami” sambung Daiki “aku ? tapi kenapa aku ?” “Karna kami melihat Natasya di dalam dirimu” Ucap Yuto. Dari lantai dua ada yang memandang kami bertiga “cih ! perempuan seperti itu tak akan dapat membuatku tersenyum” Ucapnya sambil memegang foto gadis berpakaian merah muda.
***Horikoshi Gakuen***
Hari ini aku datang sangat pagi, aku ingin langsung masuk ke kelasku tanpa harus bertemu ketiga orang itu, tapi… “kau bersembunyi bagai anjing yang mencari indukmu” aku menoleh kearah suara, aku hanya dapat mengerutkan dahiku saat ku lihat Chinen berdiri di belakangku dengan tatapan menyebalkannya, walaupun harus ku akui dia sedikit tampan seperti itu, oh tidak… apa yang kau fikirkan Nana… dia adalah lelaki meyebalkan yang telah merusak hidupmu “kenapa menatapku begitu ? kau malu bertemu majikanmu ?” “majikan ? kau kira aku peliharaanmu !” ucapku sebal. Dia hanya tersenyum sinis lalu menarik tanganku “heh ? mau kemana ? aku tidak mau ikut denganmu” “diam ! ini perintah majikanmu !” aku hanya terdiam dan terpaksa mengikutinya karna aku takut dengan tatapan matanya yang tajam. Dia membawaku ke bukit di samping sekolah kami, aku hanya terdiam bingung saat Chinen menyuruhku duduk di bangku di bukit itu, ia duduk di sampingku, selama beberapa menit kami terdiam lalu aku memecahkan keheningan “oh iya, masalah di kamarmu kemarin…” “jangan anggap dirimu Natasya ! dia adalah cahaya dalam hidupku, sedangkan kau, mengenalmu saja tidak. Jadi jangan anggap karna wajah kalian mirip kau bisa mendapat perlakuan sepertinya” Chinen pergi meninggalkan ku saat ia selesai bicara, tapi aku menahannya dengan ucapanku “kalau dia cahayamu, dia tak akan meninggalkanmu, tidakkah kau sadar ? cahaya sejati tak akan pergi dari pelukanmu” Chinen berbalik, wajahnya terlihat sangat seram sekarang “tau apa kau tentangnya ? kau tidak mengenalnya karna kau bukan dirinya !” Chinen pergi meninggalkanku duduk sendiri di bangku ini “aku memang bukan dirinya, tapi aku bisa mengerti hatimu yang terluka karna kehilangannya” ucapku lirih saat Chinen telah pergi, tanpa ku sadari tetesan air murni jatuh dari mata ku, mengaliri pipiku hingga terbentur dengan bumi. Dari kejauhan Yuto dan Daiki hanya dapat melihatku.
***Pulang Sekolah***
Hari ini, setelah kejadian di bukit itu salah satu dari mereka tak ada yang menggangguku seperti biasa, aku pulang sendiri hari ini, karna Ken dan Ai sedang ada acara berbelanja, mereka mengajakku, tapi aku tidak tertarik. Aku melewati pertokoan di pinggir jalan, sebuah toko menarik perhatianku, ku langkahkan kakiku memasuki toko yang bahkan tak ku tau toko apa itu “selamat datang…” ucap seorang gadis ramah yang bekerja di toko itu “boleh ku tau toko apa ini ? karna aku tertarik dengan nama toko ini jadi aku memberanikan masuk” ya, nama toko ini memang unik, KETENANGAN HATIMU. Gadis itu tersenyum lalu menjawab pertanyaanku “toko ini adalah toko di mana hati mu menginginkanya” “maksudnya ?” “nanti kau akan mengerti, mari ikut aku” tanpa ragu sedikit pun aku mengikuti gadis itu, dia membawaku pada suatu ruangan yang di dalamnya terdapat banyak sekali pintu dengan bermacam bentuk dan warna “pilihlah kemana hatimu ingin melangkah” ucapnya. Aku mengikuti ucapannya, aku memasuki sebuah pintu berwarna merah muda dengan bentuk hati yang patah, saat masuk di dalamnya hanya ada sebuah kaca besar yang sangat indah, aku bingung dan mendekatkan tubuhku dengan kaca itu, tanpa ku ketahui tiba – tiba muncul tulisan di kaca itu, semula aku kaget, tapi karna penasaran aku membaca tulisan di kaca itu “mungkin kini kau belum menyadari, tapi kau akan sadar sesungguhnya cahayanya yang padam masih tersisa untukmu, mungkin kau belum mengetahui tentangnya, tapi hatimu akan menangis jika kau menjauh dari cahaya redupnya itu, hanya kau yang dapat menyinarinya dengan cahaya tulusmu” tanpa dapat ku bendung, kerlingan air mataku lagi – lagi membentur bumi dalam waktu yang cukup lama, kenapa hati ini sakit ? kenapa dada ini terasa sesak ? kenapa ? bendungan air mata ini menutup cahaya terang ku, mana mungkin dapat ku sinari sebuah cahaya yang selalu redup saat menatapku. Kenapa hati ini menangis saat melihat matanya ? kenapa ?
Keluar dari ruangan itu, gadis itu memberikan tisu padaku “itu bukan buatan, tapi memang sesuatu yang harus kau tau, hatimu terkadang ingin kau dengarkan, datanglah lagi kapanpun hatimu ingin merasakannya lagi.
Aku keluar dari toko itu dengan kepala yang sangat pusing, ada apa dengan ku ? semakin lama berjalan mata ini semakin buram, aku terjatuh tanpa kuat ku angkat tubuhku lagi, terasa olehku sesosok tangan yang hangat menangkapku, tapi aku tak mampu untuk membuka mataku dan melihat wajahnya.
***Rumah Sakit***
Aku membuka mataku, aku melihat Ken dan Ai dengan wajah khawatir di depan ku “Nana-chan kau tak apa ?” Ucap Ken dengan nada bersalah “Harusnya kami menemanimu pulang, bukannya membiarkanmu pulang sendiri” Sambung Ai, aku merasakan kepalaku yang serasa mau meledak “Ada apa denganku ? apa kalian yang membawaku kemari ?” “Yang membawamu kemari adalah Chinen” Ucap Ken “Apa ? kenapa harus dia ?” “Dokter bilang Amnesia mu membuat kepalamu jadi berkontraksi dengan ingatan masa lalumu” Ucap Ai “Amnesia ? Aku menderita Amnesia ?” “Kau tidak tau itu ?” Seorang pria yang berwajah ramah memasuki kamarku, di jas dokternya terpasang papan nama yang bertulisakan Kei Inoo. “Kau mengalami Amnesia, kelihatnya Amnesiamu sudah lebih dari setahun, harusnya dengan jangka waktu lama itu ingatan masa lalumu sudah terhapus, tapi entah karna apa, ingatan itu mencoba muncul lagi di kepalamu” aku hanya tertegun, kenapa ayah, ibu, dan kakak tak memberitahu kalau aku Amnesia ? kenapa ? fikirku. Ini menjadi sebuah kejadian yang sanggup memukul hatiku sampai terasa sangat sakit.
***Rumah***
Aku membuka rumah dengan nada kasar, sampai orang yang ada di dalam rumah itu tersentak kaget, di situ hanya ada kakak ku yang sedang makan lalu tersedak karna geprakan pintuku tadi, dan sebuah figura besar di dinding dengan foto aku, kakakku, dan kedua orang tuaku yang telah berada di surga “bisakah kau sedikit pelan bocah ?!” Ucapnya sinis, kakakku memang selalu sinis padaku, tapi aku tau di di dalam hatinya ada serpihan hangat seorang kakak “kak, apa aku mengalami Amnesia ?” pertanyaan yang ku lontarkan itu cukup untuk membuat kakakku tersedak untuk yang kedua kalinya “siapa yang memberitaumu ?” “tidak penting, jadi benar kak ? benarkah itu ? katakan kak ?!” aku menangis sejadi – jadinya, aku benci kalau hal seperti ini saja keluargaku tak memberitakukannya padaku. Tiba – tiba ku rasa pelukan hangat membalut tubuhku, ini pertamakalinya kak Ryosuke Yamada memelukku, biasanya dia selalu memberikan tatapan sinis padaku “sebenarnya ibu dan ayah tak memperbolehkan aku mengatakan ini, tapi karna kau telah mengetahuinya, baiklah. 3 tahun lalu… kami menemukanmu yang hanyut di sungai, sepertinya kau korban kecelakaan pesawat yang terbawa ke sungai, karna inginnya ibu dan ayah memiliki anak perempuan, mereka mengangkatmu sebagai anak mereka, mereka pindah kesini agar tidak ada yang tau identitas mu sebenarnya, sebenarnya namamu bukan Nanaho Nakazawa, itu hanya pemberian dari ayah dan ibu” tiba – tiba air mataku semakin deras, kepalaku semakin sakit, hingga aku pingsan di pelukan kakakku.
***Rumah Sakit***
Na… jangan tinggalkan aku… Ma’af Chii… kenapa… kenapa… para penumpang harap waspada… kenapa… sakit… kemana kau membawaku tuhan… kemana… “Na bangun na, bangun” “kakak ?” aku memegang kepalaku yang sangat sakit saat ini “Na-chan” Ucap Ai dan ken saat mereka memasuki pintu itu “Kau tidak apa – apa ?” “tidak, tapi akhh…” aku memegang kepalaku yang semakin sakit “NATASYA HOSHIZAWA” “apa ? kau bicara apa Na-Chan” “Nanaho kau bicara apa ?” “Natasya hoshizawa, itu namaku”
***Rumah Yuri Chinen***
“Natasya Hoshizawa ?” Tanya pria itu “Iya, ternyata dia Natasya, saat ingin kembali ke Jepang pesawatnya kecelakaan dan ia mengalami Amnesia, dan berubah nama menjadi Nanaho Nakazawa” Ucap Daiki panjang lebar. Chinen terpaku membeku saat itu. NATASYA ? itu dirimu ? fikirnya. Chinen langsung berlari meninggalkan Daiki dan Yuto, dia menyalakan mobilnya dan menjalankannya secepat mungkin, dia tak ingin kehilangan Natasya lagi.
***Rumah Sakit***
“Ah…..” “Na- Chan kamu kenapa ?” Aku tak sanggup menjawab pertanyaan itu, tapi aku mendengar dokter Inoo menyuruh para suster membawaku ke UGD
***Jalan***
Chinen sangat tak terkendali saat itu, dia tau Natasya ada di sana, dia tak mau cahayanya pergi lagi dari hidupnya, sampai itu pun terjadi BRAKK…!!!
***UGD***
Dokter membawaku ke UGD, aku sudah sadar, aku melihat seseorang di bawa ke tempat di sebelahku yang hanya di batasi hordeng, aku melihat dari celah hordeng itu dan “Chii” Ucapku kaget, pria itu melihat ke arahku dengan tubuhnya yang bersimbah darah, air mataku lagi – lagi membentur bumi, dan semakin deras, Chinen menghapus air mataku lalu berkata “Natasya, harapanku bertemu denganmu kini telah terkabul, kini cahaya ku kembali bersinar, tapi ku mohon tersenyumlah untukku” “mana mungkin aku tersenyum untukkmu di saat begini Chii” pria itu kembali menghapus air mataku “Jika aku pergi ingatlah Natasya, Cahayaku tak akan pergi untukku, selamanya dan selamanya” Aku hanya dapat menangis saat suster membawa Chii ke ruang operasi. Aku menunggu operasi Chii selama 2 jam, aku terus menangis, aku tak memperdulikan air mataku yang terus jatuh, kakak memelukku dengan sangat hangat, Yuto, Daiki, ken dan Ai ada di sampingku kini. Tapi kenapa, kenapa ? aku merasa sangat dingin, aku takut kehilangan cahayamu lagi Chii, jangan pergi Chii. Dokter keluar dari ruang operasi dengan wajah kecewa, lalu dokter Inoo menggeleng dan berkata “ma’af kan kami” tangisku semakin pecah, kenapa Chii, kenapa saat ku tau kau adalah cahayaku kau malah pergi, aku tak bisa hidup tanpa cahayamu Chii, Chii…
***5 Tahun Kemudian***
Ken telah berkeluarga dengan Yuto, Ai dan Daiki sekarang ada di Amerika untuk melanjutkan studi mereka sebagai sepasang kekasih. Dan aku ? meletakkan mawar putih di depan makam Chii “Chii… aku merindukanmu, sangat Chii… aku butuh cahayamu dalam hidupku” Aku ingin menangis, dari kejauhan ku lihat sesosok anak kecil menangis di sebuah makam, aku menghampirinya “kamu sedang apa adik kecil ? di mana orang tuamu ?” tanyaku padanya. Anak itu berbalik dan menatapku dengan matanya yang sangat indah “mama dan ayah pergi ke tempat tuhan, aku sendiri” ucapnya lirih, aku menggendong anak kecil yang kira – kira umurnya 3 tahun itu “Aku mau menjadi mama mu, apakah kau mau sayang ?” ia menatapku, tapi kemudian ia tersenyum dan memelukku “siapa namamu sayang ?” tanyaku lembut “Yuri Chinen” Ucapnya polos. Apa aku tidak salah dengar ? Yuri Chinen ? air mataku langsung menetes kembali. Ku rasakan sesosok tangan hangat menghapus air mataku, seperti lima tahun lalu “Chii ?” Ucapku “Mama kenapa nangis ? apa aku nakal ?” tanyanya “tidak sayang, aku menatap Chinen kecil, lalu mengangkat wajahku ke langit. Dalam hati ku berkata. Kau benar Chii, walau kau telah pergi tapi cahayamu tetap menyinariku, cahaya yang kini ada di sampingku.