Sabtu, 24 Maret 2012

Dafra Jangan Menangis (Cerpen)

Drem School Stars Seorang gadis berlarian di koridor yang mulai kosong di karenakan bel masuk telah berdentang, sesampainya di depan sebuah pintu dia mengintip sebentar ke dalam, di lihatnya guru setengah baya yang memang sedari dulu tak pernah akur dengannya sedang mengajarkan pelajaaran yang juga tak pernah di kuasainya. Dia menarik nafasnya, memberanikan hatinya melangkah lalu membuka pintu “Pagi pak” ucapnya saat membuka pintu, seluruh mata memandangnya, di lihatnya ada 3 orang siswi yang tertawa pelan mengejeknya dan siswa lain yang juga sedikit tersenyum meledek ke arahnya. Guru setengah baya di ruangan itupun mengerutkan dahinya lalu berucap “Famelda Fransiska, terlambat lagi ya ?” ucap guru setengah baya itu “ma’af pak, tadi saya…” “sudah! Tidak usah di lanjutkan, kamu pasti kesiangan seperti biasa!. Silakan keluar dan tunggu di ruangan saya” Ucapnya datar “tapi pak..” lelaki setengah baya itu menatapnya tajam, karena takut oleh tatapannya akhirnya dengan berat hati Famelda mengangkat tubuhnya keluar dari kelas itu. 09.00, ruangan pak Cristian (guru B.Inggris) Kakinya serasa sangat berat saat memasuki ruangan itu tapi gadis ini memberanikan dirinya. Saat pintunya di buka dan tubuhnya memasuki ruangan itu Famelda hanya berdiri dan sedikit tertunduk karena takut melihat lelaki setengah baya di depannya menatapnya dengan tajam “silakan duduk” ucapnya datar, Famelda menaruh tubuhnya di atas sebuah sofa yang empuk, tapi baginya yang sedang dalam keadaan sekarang sofa itu sangatlah keras. Ruangan 7X8 meter itu terasa sangat menyesakkan baginya, ingin rasanya keluar dan menghirup udara kehidupan. Tapi mungkin itu mustahil saat ini “Famelda Fransiska. 5 kali terlambat dalam satu bulan, 3.0 dalam B.Inggris, dan 100 dalam perusak mutu sekolah” Famelda duduk tertegun, ia hanya terdiam tak berani mengangkat wajahnya untuk menatap guru yang sedari tadi menatapnya dengan tajam “sekolah ini telah melahirkan beribu – ribu mutiara dalam setiap generasinya. Tapi kamu Famelda! Kamu bagai sepuhan di antara para mutiara itu” Famelda merasa sesak mendengar ucapan pria itu, ingin rasanya sekarang dia berdiri dan menggeprak meja yang ada di depannya. Tapi sayangnya tubuhnya tak mampu mengendalikan ketakutannya “silakan” ucap guru itu “maksud bapak?” “silakan berikan suat pengunduran dirimu dari sekolah ini” “apa pak ? apa tidak ada kesempatan lagi pak ? tolong jangan keluarkan saya pak” pria itu nampak memandang ke luar jendela dan berfikir sejenak lalu “satu bulan lagi ujian semester dan besok saya akan pergi ke luar negeri karna ada pekerjaan. Akan ada guru yang menggantikan saya. Raih nilai tertinggi di B.Inggris, jangan telambat lagi, dan rata – rata harus 8.0” “pak, tapi itu kan…” “silakan keluar” ingin Famelda meneruskan ucapannya, tapi dia mengurungkan niatnya. Lalu keluar melewati pintu, dilihatnya guru itu memandangnya tajam. Lalu ia berlalu melalui koridor. 22.00 Kamar Famelda menatap kosong kearah dinding, mengambil sebuah bingkai foto yang di dalamnya ada gambar seorang anak lelaki dan seorang anak perempuan yang sedang berlarian di taman bunga. Tanpa di sadarinya air matanya menetes, mengaliri wajahnya melewati bibirnya yang tersenyum, kenangan masa kecilnya kembali terngiang menutup matanya dan mengalirkannya ke alam mimpi. 06.30 Drem School Stars Famelda berhasil, dia bangun pagi hari ini. Karena kata – kata guru itu terus berbisik di hatinya ia meniatkan tak akan pernah seperti dulu. Bel berdentang tepat pukul 07.00. Pelajaran pertama hari ini adalah B.Inggris, Famelda menunggu guru sementara yang akan menggantikan pak Cristian. Tak lama sesosok lelaki muda memasuki ruangan itu, membuat sebagian besar siswi terpesona, badannya yang tegap, wajahnya yang ramah dan tampan serta kulitnya yang putih dan wajah perawakan Eropanya seakan menyinari kelas Famelda, di lihatnya lelaki itu membawa setumpuk buku B.Inggris, meletakannya di atas meja lalu “pagi semua, saya guru sementara yang akan menggantikan pak Cristian kalian boleh memanggil saya pak Mario Sudrajat Haritz” seorang siswi yang terkenal centil mengangkat tanganya “pak, udah punya pacar belum?” pertanyaan yang di lontarkan siswi itu membuat anak – anak menyorakinya. Sedangkan Famelda tampak berfikir, wajah dan nama guru ini seperti tak asing baginya. Seperti sangat dekat, siapa dia ? “El, El” sentakan Maria mengagetkan Famelda “kenapa mar?” “gurunya cakep banget ya El ?” “eh iya”. Sepanjang pelajaran Famelda hanya menatapi guru itu, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal dan terus berfikir siapa lelaki yang sedang mengajarnya sekarang “kamu” panggilan pak Mario menyadarkan Famelda dari lamunannya “iya pak” “apa kamu memperhatikan?” “i…i… ya pak” “jangan melamun. Selesai sekolah berikan buku cetak B.Inggrismu yang halaman 56 – 60 telah di kerjakan. Baiklah semua sampai bertemu minggu depan” guru itu pun berlalu dari kelas 12-1 “El, lu kok ngelamun sih ?” Tanya Maria saat pak Mario keluar. “Emang kenapa ?” “Asal lu tau El halaman 56-60 itu susah banget, gua aja yang B.Inggrisnya rata – rata 8.5 kesusahan apalagi elu yang 3.0” “Ih, mar. Ngehina banget kesannya. Udah gampang, ke kantin aja yuk?” “Dasar, yaudah deh”. 15.00 ruang pak Mario Famelda mengetuk pintu di depanya lalu membukanya “sore pak” “sore, silakan duduk” senyum guru itu, wanita manapun yang melihat senyuman manisnya itu pasti langsung terbang “pak, ini tugasnya” memberikan sebuah buku cetak berwarna biru, guru itu pun memeriksanya dengan teliti lalu “10” Famelda kaget “bener pak ? sukur deh” “dari 50 soal” lanjut pak Mario “yah, berarti ? nilai saya…” “2.0” “yaah…” “tampaknya kamu tadi tidak memperhatikan, harusnya kamu perhatikan. Siapa namamu ?” “Famelda Fransiska pak” “Famelda Fransiska ?” wajah guru itu seketika itu berubah, tampak terkejut dan heran “pak ? bapak kenapa ?” ucapan Famelda menyadarkanya, dia langsung berucap “tidak apa –apa. Sekarang kamu boleh pulang” “terimakasih pak” walaupun agak heran tapi Famelda tetap keluar dari ruangan itu lalu berlalu. Dari kejauhan ada yang memperhatikanya “Famelda ya”. Esok hari Drem School Stars tampak ramai seperti biasa. Tapi ada yang aneh dengan Famelda, seharian ini dia terus terfikir pak Mario. Tapi tadi saat Famelda pergi ke ruangan pak Mario Famelda tidak mendapati siapapun di sana. Hanya ruang kosong. Pulang Sekolah Famelda tampak bosan hari ini, ia memutuskan untuk pergi ke taman bunga yang ada di pusat kotanya. Di taman itu ada Pancuran dengan patung bidadari cantik dan Dewa tampan yang menemaninya. Taman bunga yang menghampar luas itu tidak berbeda dengan 12 tahun lalu. Ia kembali menatap pancuran di sampingnya “Pancuran Cinta. Bidadari Dafra dan Dewa Iosu” ucapnya. Dafra adalah nama kecilnya dan Iosu adalah nama kecil seorang anak lelaki yang pernah menaruh mahkota bunga di atas kepalanya. Air mata tak dapat lagi di bendung olehnya, membuatnya terduduk di taman bunga itu. Seketika itu hujan turun sangat lebat. Dari kejauhan seorang yang memakai payung menatap Famelda dengan tatapan rindu “Dafra, jangan menangis” lalu orang itu melepaskan payungnya, payungnya melayang dan jatuh tepat di depan Famelda, lalu orang itu pergi. Famelda bingung kenapa ada payung di depannya, ia menoleh mencari sesosok orang yang mungkin kehilangan payung, tapi tak ada siapapun. -****- “Dafra kenapa?” “hiks, Dafra di dorong sama Iosu” “Iosu kok nakal ?” “ma’af ma, Io gak sengaja” “Dafra, jangan menangis. Ayo ikut Io” Dafra menghapus air matanya, lalu mengangguk. Ia mengikuti Io sampai di sebuah taman bunga yang indah. “Ini buat Dafra”’ meletakan mahkota bunga di atas kepala Dafra “Ma’afin Io ya, Io gak sengaja” “hiks, iya” “Dafra udah dong, liat nih patung di pancuran ini” Dafra menoleh “wah bidadarinya cantik banget” “iya dong, itu kan kamu” “aku ?” “iya, ini bidadari Dafra dan yang ini Dewa Iosu. Ini pancuran cinta” “cinta ?” “Dafra gak ngerti cinta ya ? nanti Dafra tau sendiri deh, Oia, Dafra manis deh kalo gak nangis” “io… Dafra janji gak akan pernah nangis lagi. Dafra juga bakal pinter kaya Io” “iya… Io percaya” tiba – tiba bayangan Io menghilang “dadah Dafra, inget janji kamu ya, Io sayang Dafra” “Io……” Dafra mengejar Io tapi Io telah menghilang “Io……………” “Elda bangun, elda!” Famelda bangun dari tidurnya “Mimpi Io lagi ya ?” “iya ma… hiks” “Udah sayang, mama yakin kamu pasti bisa ketemu sama Io lagi” memeluk Famelda. -***- PRANG ! “kenapa sih harus kayak gini !” “tuan tenang tuan, tenang!” “Apa kamu bilang ? tenang? saya seperti ini kamu menyuruh saya tenang!” “tuan” “Dafraaaaaaaaaa………………….”. Drem School Stars “Pagi semua ?” sapa pak Mario saat memasuki kelas, Famelda melihat pak Mario dengan senyuman manis, tapi tak seperti kepada siswa lainnya, pak Mario memberikan tatapan sinis padanya. Hari ini pak Mario tampak sangat dingin pada Famelda. Famelda bingung, Famelda tidak merasa melakukan kesalahan apapun, tapi sikap pak Mario padanya seperti ia telah melakukan kesalahan besar. Pulang Sekolah Famelda bersama teman – temanya baru keluar kelas, ada 2 siswi yang melintasinya sambil membawa tumpukan buku B.Inggris. Famelda langsung menghampirinya “itu mau di bawa ke ruangan pak Mario ya?” “Iya” “boleh gua aja” “Oh, boleh. Lagian gua emang keberatan. Makasih ya” “iya sama – sama” “semuanya, kalian duluan aja ya. Gua mau ke ruangan pak Mario dulu” “oke El” jawab yang lain. Depan Ruangan pak Mario Famelda mendengar seperti ada keributan di ruangan pak Mario. Iya mendekatkan telinganya ke pintu dan mencoba mendengar pembicaraan di dalam “apa ?” “ma’af pak tidak ada yang dapat saya lakukan lagi” “akan saya bayar berapapun pak” “ma’af pak” “dokter tolonglah, tidak bisakah kau menolong pasienmu ini” “ma’af pak” terdengar suara langkah kaki mendekati pintu. Famelda pun langsung bersembunyi. Setelah orang yang di panggil pak Mario Dokter tadi berlalu famelda kembali menguping. Tapi tak terdengar suara apapun. Ia memantapkan hatinya untuk masuk keruangan itu dan memberikan tumpukan buku B.Inggris yang di bawa nya “permisi pak” seorang lelaki berdiri dengan wajah suram menatap ke luar jendela berbalik dan menatap kearah Famelda “sedang apa kamu di sini ?” “aku mau meberikan buku B.Inggris ini ke bapak” “taruh di atas meja” Famelda menaruh buku itu di atas meja, lalu ia menuju ke pak Mario. Pak Mario menatapnya sinis lalu berkata “ada apa lagi?” “pak, sebenarnya…” tiba – tiba wajah pak Mario pucat dan pak Mario lemah serta hampir jatuh ke lantai, untung saja Famelda segera menangkapnya. Famelda membawa pak Mario ke sofa lalu ia mengambil ponsel dari kantungnya dan memanggil ambulance. “Tunggu ya pak, aku mau mencari bantuan” tapi saat Famelda ingin pergi pak Mario menarik tangannya “bisakah kau temani aku sebentar” “baik pak” selang beberapa menit hanya diam Famelda membuka pembicaraan “pak, kenapa sih akhir – akhir ini…” belum selesai Famelda bicara “Dafra” Ucapan itu keluar dari mulut pak Mario. Famelda kaget lalu menatap pak Mario “tadi bapak bilang apa pak ?” “cukup pura-puranya” maksud bapak?” “apa kamu tidak mengenalku ??” Famelda meneteskan air matanya lalu berkata “Iosu… kamu Iosu kan?” “Iya Dafra, ini Io” “Iyo, kamu Iyo, kenapa tidak bilang selama ini ? kenapa sinis sama Dafra ? Kenapa ? hiks…” “Dafra, jangan menangis. Ma’afin Io ya” “katanya Io pindah ke luar negeri cuma setahun. Tapi kenapa baru sekarang Io? Kenapa?!” “Dafra… Io tau Io salah, Io sinis sma Dafra agar Dafra gak berharap banyak pada Io. Io gak bilang kalau ini Io karena apa gunanya Io bilang kalau…” Io tidak meneruskan bicaranya, lalu Io menarik nafas “kalau umur Io tinggal seminggu” “apa? Umur Io? Hiks. Kenpa Io ?...” “tumor otak” “ gak, gak mungkin. Katanya Io sayang sama dafra. Tapi kenapa baru ketemu Io udah mau ninggalin Dafra… Io jahat!” Io memeluk Dafra lalu berkata “walau suatu hari nanti Io pergi tapi cinta dan sayang Io ke Dafra gak akan berubah. Io selamanya sayang Bidadari Dafra” “Hiks… Io….” Dafra memeluk erat Io “Ingat Dafra, tepatin janji Dafra, Dafra harus pinter kaya Io, B.Inggris jangan 2.0 lagi ya” “Kaya gini aja kok masih ngomongin nilai sih Io ? Iya Dafra janji kok. Hiks”. Setengah jam kemudian ambulance baru tiba. Mario atau Iosu langsung di bawa kerumah sakit. Io sudah koma selama 3 hari, Dafra selalu setia menemaninya. Hingga pada hari ke 7 Io pergi selamanya. Dafra mengurung diri di kamarnya selama tiga hari, tak mau makan, bicara, dan selalu menangis memegang mahkota dari bunga yang kini hanya batang yang 12 tahun lalu di berikan Io padanya. Awalnya Dafra ingin menyusul Io, tetapi saat ia ingat janjinya pada Io, ia membatalkan niatnya. Lalu memulai kembali kehidupannya. Tepat satu bulan kepergian pak cristian, ulangan semester telah di tempuh dan hasilnya luar biasa. Famelda/Dafra mendapat nilai tertingi B.Inggris di sekolahnaya, rata – rata rapotnya 9.5 dan mendapat juara Umum pada semester ini. Ruang Pak Cristian “Hebat sekali Famelda” “terimakasih pak” “apa yang membuatmu dapat mencapai semua ini?” “janji pak” “janji?” “janji pada seorang yang sangat berharga”. Pak Cristian mengangguk pelan tanda mengerti. Taman Bunga Famelda datang ke taman sendirian, taman itu sedang sepi. Ia mentap haru pada kedua patung di pancuran. Famelda meletakkan mahkota yang di simpannya selama 12 tahun ini di atas kepala patung bidadari di pancuaran itu lalu mengelus lembut pipi patung dewa di pancuran itu. Air mata Famelda kembali menetes tapi ia ingat sebuah kata “Dafra, jangan menangis” yang selalu di ucapkan Io. Famelda menghapus air matanya, tapi hujan deras malah mengguyurnya, Famelda menatap ke langit dan berkata “Apakah langit tau perasaan Dafra? Sehingga turut menangis? Jangan menangis langit. Dafra tak akan menagis, karna Dafra tau Io akan sedih kalau Dafra menangis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar